Quotes

“Yang bisa kami lakukan hanya berdoa bahwa kedua hal ini, bara dan perasaan terpenjara, tak akan sampai menyakiti dirinya. … Yang kucemaskan sebenarnya adalah perasaan kedua. Kita semua tahu betapa bahayanya merasa diri kita terpenjara, sebab dengan itu kita tahu kita harus membebaskan diri dari penjara itu.”

”… malam bersiap memasuki gelap yang terdalam.”

“Keyakinan kadang berarti membuat dirimu meyakini sesuatu yang tak kamu yakini sebelumnya. (Aneh, betapa mudahnya memperoleh keyakinan. Keyakinan melucuti orang. Mengait mereka dan mengubah mereka, baik mereka kehendaki atau tidak.)”

“Lalu apa yang terjadi pada puan seperti Ibu Mia Bustam setelah mereka dizalimi? Apakah perempuan harus jadi pejuang tangguh atau mati dengan gagah perkasa seperti Rosa Luxemburg sebelum mereka mendapatkan respek seorang Bhisma?”

“Ia tak bisa meneruskan sajak itu sampai selesai, karena dalam rasa kehilangannya yang dalam, ia tetap merindukan Kadipura: membersihkan sampah di tepi telaga bersama Bapak, menunggu ketan yang hangat dituangkan ke daun pisang oleh Ibu, berjalan bersama Ambika menyisir mulut sumur-sumur kering sambil meneriakkan doa ke dalam lubang-lubang yang dalam.”

“Suara itu seperti sebuah instruksi. Seketika Amba merasa ada sesuatu yang salah di udara, seperti rasa kotor minyak jelantah di mulutnya.”

“Aku tak tahu bagaimana mencintai dengan begitu lurus dan lempeng, sesuatu yang begitu luhur, begitu tak tercemarkan; aku tak tahu bagaimana mencintai sebuah tanggung jawab. Aku hanya tahu bagaimana mencintai dengan sepenuh jiwa dan raga. Dan itu berarti mencintai beribu rona, mencintai sesuatu yang membuatku merasa hidup sehidup-hidupnya. Juga mencintai yang tak sempurna.”

“Seperti ibumu, hidupmu akan bermula setelah kau meninggalkan rumah.”

Title: Amba Author: Laksmi Pamuntjak
Type:#book


Final thoughts

Rough notes

Quotes